Terungkap! Film Animasi Merah Putih One For All Gunakan Aset Beli, Bukan Karya Orisinal Animator Lokal

Film Animasi Merah Putih One For All buatan rumah produksi Perfiki Kreasindo. (YouTube/CGV Kreasi)

Jakarta, kabari.net – Fakta baru mencuat di balik produksi film animasi Merah Putih One For All garapan Persatuan Produser Film Indonesia (Perfiki). Dari total anggaran produksi sebesar Rp6,7 miliar untuk film berdurasi 70 menit tersebut, ternyata tak ada alokasi signifikan untuk membayar animator lokal.

Perfiki justru ketahuan membeli aset visual dari Reallusion, sebuah platform internasional penyedia tools animasi 2D/3D, pemodelan karakter digital, dan motion capture.

Hal ini terungkap lewat unggahan akun X @Rober1807 pada Minggu, 10 Agustus 2025.

“Film animasi Merah Putih One for All, karakternya nggak ada yang orisinil. Mereka mengambil dan memodifikasi dari Reallusion,” tulisnya.

Dalam tangkapan layar yang dibagikan, terlihat model 3D karakter Pak Lurah yang muncul di film tersebut dijual di situs resmi Reallusion seharga 43,50 USD atau sekitar Rp707.140. Setelah membeli aset tersebut, rumah produksi hanya melakukan modifikasi minor sesuai kebutuhan cerita.

“Bayangin, film animasi tayang di layar lebar nyomot dari aset orang lain,” tambahnya.

penelusuran redaksi menemukan, bukan hanya karakter Pak Lurah yang diambil dari Reallusion. Beberapa latar lingkungan, kendaraan, hingga properti digital seperti meja, kursi, dan lampu jalan juga tersedia di marketplace yang sama dengan harga mulai Rp150 ribu hingga Rp900 ribu per item.

Artinya, sebagian besar elemen visual dalam film tersebut bukan hasil rancangan dari nol oleh animator Indonesia, melainkan kompilasi aset pihak ketiga yang dimodifikasi.

Pemerhati film Bobby Batara mengungkap bahwa ia sempat berbincang langsung dengan produser animasi Merah Putih One For All, Toto Soegriwo. Menurut Bobby, sang produser terlihat tenang meski publik ramai-ramai mengkritik kualitas filmnya.

“Filmnya dirujak sama yang paham animasi secara teknis, desain, dan lain-lain. Ada pula yang nuduh money laundering, pengalihan isu, terima kucuran dana pemerintah. Saya tanya yang punya film, dia cuma bilang, ‘Ah, biarin aja’ sambil tersenyum manis,” ungkap Bobby.

Pertanyaan Publik: Kemana Larinya Dana Rp6,7 Miliar?Dengan terungkapnya penggunaan aset siap pakai, kini publik mempertanyakan ke mana larinya dana miliaran rupiah yang disebut-sebut untuk produksi. Beberapa pegiat animasi menilai, anggaran sebesar itu seharusnya mampu membiayai tim animator lokal untuk menghasilkan karya orisinal, sekaligus mengembangkan industri animasi dalam negeri.

Editor : Redaksi

Leave a Reply