Whoosh Sudah Jalan, Landbridge Masih Peta: Siapa Lebih Siap di Jalur Cepat Dunia?

Jakarta, kabari.net— Dua proyek kereta cepat dari dua dunia berbeda kini jadi sorotan global.Indonesia sudah lebih dulu meluncurkan Kereta Cepat Whoosh Jakarta–Bandung, sementara Arab Saudi baru menyiapkan Landbridge, jalur superpanjang yang akan menghubungkan Laut Merah hingga Teluk Arab.

Kereta Cepat Whoosh, yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada Oktober 2023, kini sudah beroperasi penuh dengan kecepatan hingga 350 km/jam.

Namun, dua tahun berjalan, jumlah penumpang belum mencapai target dan biaya proyek yang menembus Rp 100 triliun masih menjadi beban besar.

Pemerintah menegaskan Whoosh adalah simbol kemajuan teknologi, meski banyak kalangan menilai tantangan finansialnya masih berat.

“Whoosh unggul secara teknologi, tapi dari sisi keekonomian masih jauh dari kata berkelanjutan,” ujar pengamat transportasi Djoko Setijowarno.

Sementara itu, Arab Saudi tengah menyiapkan proyek Saudi Landbridge senilai US$7 miliar (sekitar Rp 110 triliun), dengan panjang jalur mencapai lebih dari 1.200 km.

Proyek ini bagian dari Vision 2030 yang digagas Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk menjadikan Saudi pusat logistik dunia.Landbridge akan memangkas waktu tempuh barang dari Laut Merah ke Teluk Arab menjadi kurang dari dua hari.

Namun, hingga kini proyek itu belum masuk tahap konstruksi penuh.

“Landbridge bisa menjadi game changer, tapi juga bisa menjadi proyek prestise jika tidak dikelola hati-hati,” kata analis ekonomi Timur Tengah, Dr. Ahmed Al-Rashid.

Perbandingan dua proyek ini menimbulkan pertanyaan besar.Whoosh lebih cepat beroperasi, tetapi masih merugi, sedangkan Landbridge lebih ambisius, tetapi belum pasti terwujud.

Keduanya memperlihatkan tantangan negara berkembang dan negara kaya minyak dalam membangun infrastruktur berteknologi tinggi.

“Teknologi tinggi tidak otomatis berarti efisiensi. Yang paling penting adalah tata kelola, keberlanjutan, dan manfaat bagi publik,” kata ekonom Bhima Yudhistira.

Whoosh menjadi bukti Indonesia bisa membangun proyek besar tanpa harus menunggu dekade perencanaan,sementara Landbridge menegaskan ambisi Saudi untuk menjadi poros perdagangan global.

Namun, keduanya masih menghadapi pertanyaan sama: apakah ambisi bisa sejalan dengan efisiensi dan manfaat nyata bagi rakyatnya?(KN001)

Editor : Redaksi

Leave a Reply